Friday, 2 October 2015

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib (35-40 H atau 656-661 M )

       Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah keempat tidak sepenuhnya diterima sepenuhnya diterima secara bulat oleh umat Islam. Timbul golongan yang tidak setuju, mereka adalah kelompok kecil yang telah merasakan kesenangan dan kenikmatan hidup masa pemerintahan Usman bin Affan.
       Semula Ali tidak menghendaki kedudukan khalifah, Namun karena desakan umat Islam semakin besar, akhirnya beliau tidak dapat menolak. Setelah diangkat beliau berpidato; "Wahai umat Islam, kamu telah mengangkat aku sebagai khalifah sebagaimana yang kamu lakukan pada khalifah-khalifah sebelumku. Aku hanya dapat menolak sebelum jatuh pilihan, jika pilihan telah jatuh,menolak tidak boleh lagi. Imam harus teguh dan rakyat harus patuh".
       Kematian khalifah Usman bin Affan ditangan pemberontak masih menjadikan pusat pemerintahan di Madinah tidak menentu. Disamping itu para pemberontakmasih berkeliaran baik yang dari Mesir, Kufah, dan Basrah. Keadaan penduduk Madinah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
  1. Golongan yang mendukung Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah.
  2. Golongan yang menuntut kematian Usman bin Affan yaitu keluarga Ummayah yang dipimpin oleh gubernur Syam (Irak) yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan.
  3. Golongan yang menentang pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah karena tidak dipilih secara utuh. Golongan ini dipimpin oleh Aisyah, dibantu oleh Thalhah bin Zubair.
1. Usaha-usaha Ali bin Abi Thalib
a. Mengganti seluruh pejabat dan gubernur yang diangkat oleh Usman bin Affan. Tindakan ini berakibat           buruk karena penasihatnya telah memberi peringatan agar jangan dulu mengambil tindakan
     disebabkan belum kuat pemerintahannya.
b. Mengambil kembali tanah-tanah milik negara yang dibagi-bagikan semasa khalifah Usman bin Affan.
c. Memerangi pemberontak yang mencoba melawan pemerintahan Ali dan mengambil tindakan tegas.
    Mereka terlibat didalam peperangan, yaitu :
1. Perang Jamal (36 H atau 657 M)                                                                                                       
    Terjadinya di kota Mekah dipimpin sendiri oleh Aisyah isteri Rasulullah, dan dibantu oleh Thalhah bin
    Ubaidillah dan Zubair bin Awwan. Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Ali bin Abi Thalib. Thalhah
    dan Zubair mati terbunuh sedangkan Aisyah dikembalikan ke Mekah dengan segala kehormatan
    sebagaimana layaknya menghormati isteri Rasulullah saw.
2. Perang Siffin (36 H atau 657 M)            
    Terjadi di Siffin, sebelah barat sungai Efrat. Dalam peperangan ini Muawiyah kalah dan dia hendak
    melarikan diri. Akan tetapi Amr bin Ash yang ada dipihaknya (ia terkenal licik sekali) mengangkat
   Al Quran setinggi-tingginya sebagai isyarat untuk damai. Ia katakan Umat Islam tidak pantas untuk saling
   perang sesama Islam.
   Dalam perdamaian itu Amr bin Ash sebagai wakil Muawiyah telah memperdaya pihak Ali. Dengan
   demikian naiklah Muawiyah menjadi khalifah menggantikan Ali bin Abi Thalib. Peristiwa tersebut
    melahirkan golongan yang bernama Khawarij, Yaitu tentara Ali yang tidak setuju pihak Ali berdamai
   dengan pihak Muawiyah karena kemenangan sudah tampak jelas di pihak tentara Ali. Ali bin Abi Thalib
   meninggal dunia dibunuh oleh Ibnu Muljam seseorang dari golongan Khawarij ketika salat Subuh di
   Kuffah. Beliau meninggal pada tanggal 17 Ramadan tahun 40 H dalam usia 63 tahun

2. Keteladanan Ali bin Abi Thalib
    Ali bin Abi Thalib adalah anak paman Nabi Muhammad saw. Ia termasuk yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Oleh karena itu, sejak kecil ia sudah berakhlak Islam dan dekat sekali dengan Nabi Muhammad saw. Disamping itu, ia menantu yang memberikan keturunan yaitu Hasan dan Husain.Kedekatannya dengan Rasulullah saw. Membentuk diri pribadi Ali sebagai seorang yang berakhalk mulia, jujur, rendah hati, selalu memegang amanah, qanaah (merasa cukup apa yang ada padanya). Ia termasuk orang yang terkenal cerdas, ahli hukum,sebagai pintu ilmu pengetahuan bagi para sahabat-sahabat lainnya. Dia mendapatkan julukan Zulfikar yaitu orang yang berfikir. Kedudukannya disisi Rasulullah saw. bagaikan kedudukan Nabi Harun Di sisi Nabi Musa.
   Ali bin Abi Thalib juga seorang saleh, Adil dalam semua hal, tegas dalam semua urusan, ahli dalam kemiliteran, dan juga mampu menggunakan alat-alat perang terutama pedang. Banyak tokoh-tokoh Jahiliyah yang mati di ujung pedangnya.





Refrensi  : Buku Agama Islam SMP Kelas IX
                Yudhistira